16.7.13

Kita Tidak Pernah







Didalam buku Keajaiban Ramadhan oleh Jaffar Siddiq, disebutkan salah satu hikmah berpuasa  adalah mengingatkan pelakunya akan nasib saudara-saudaranya yang menahan lapar karena keadaan, dengan berpuasa pelakunya dapat mengalami/merasakan apa yang telah dialami oleh saudara-saudaranya yang menderita. Dapat diartikan disini, pelaku puasa dan mereka yang menderita menjadi senasib karena merasakan hal yang sama.

Sering kali aku merasa kesal setiap bertemu dan melihat pesulap pesulap tangguh yang matanya jelalatan mencari move atau sleight yang aku lakukan ketika aku sedang memainkan sebuah trik. (disinggung juga di: Yang Kita Lakukan)

Mengapa kesal?
Karena pesulap pesulap tangguh itu disibukan dengan kegiatan mencari- cari, maka secara otomatis mereka tidak akan bisa menikmati keajaiban trik yang dengan susah payah aku latih untuk dinikmati.   
Karena pesulap pesulap tangguh itu akhirnya akan menjadi pelaku sulap yang tidak pernah menampilkan keajaiban.

LHO?!?!

Keajaiban...sesuatu yang langka bagi pesulap.
Sebagai pelaku sulap, sejak terjun ke sulap pelaku sulap telah menjadi seseorang yang sulit dibuat takjub, Keajaiban yang ditampilkannya atau dilihatnya tidak lain hanyalah sebuah trik dengan serangkaian move dan sleight, tidak ada yang ajaib didunia sulap. Pelaku sulap tahu semua yang terjadi didunia sulap pasti memiliki metode. 

Disinilah paragraf pertama diatas memiliki signifikasi.
Seseorang yang mampu membeli makanan menyamakan keadaan dirinya dengan seseorang yang tidak mampu membeli makanan sehingga merasakan lapar. 
dengan merasakan lapar ini, pelaku puasa dapat mensyukuri dan menghargai nikmat yang selama ini didapatnya.
Bagaimana bisa merasakan sebuah penderitaan, bila kita tidak pernah melalui penderitaan itu?

Pada saat menyaksikan sebuah pertunjukan sulap, pada saat menyaksikan sebuah trik, pelaku sulap harus menempatkan diri, memposisikan diri menjadi seseorang yang tidak kenal move, tidak kenal sleight, pelaku sulap menjadi orang awam, orang awam yang hanya menikmati dan merasakan keajaiban dan inilah yang akan mengingatkan pelaku sulap itu bahwa masih ada  keajaiban. 

Dengan pernah merasakan keajaiban, keajaiban itu akan berdiam di diri pelaku sulap itu.
Dengan keajaiban itu berdiam di diri pelaku sulap, saatnyalah dia untuk membagi keajaiban itu ke penontonnnya. 
Dengan membagi keajaiban itu, penontonnya juga akan merasakan hal yang sama dengan yang pernah dialami oleh pelaku sulap itu.
Dengan begitu, pelaku sulap dan penontonnya menjadi satu, karena merasakan hal yang sama.
Itulah sulap


Kata-kata Kunci Hari ini:
Kita tidak pernah bisa membagikan keajaiban, bila kita tidak pernah merasakan keajaiban itu sendiri.
Kita tidak pernah bisa membagikan keajaiban, bila keajaiban itu tidak pernah ada di dalam diri kita.





No comments: